Dito dan Alisa (Cerpen)

Dito dan Alisa


"Lis, dengerin aku dulu."

Orang yang di panggil 'Lis' tersebut tidak menghentikan langkahnya yang berjalan cepat mengindari seseorang di belakangnya.

"Alisa." Panggil orang itu lagi.
Alisa tidak memperdulikan panggilan tersebut dan tetap melanjutkan jalannya untuk keluar dari pusat perbelanjaan yang ada di Mall.

"Alisa berhenti," perintah orang itu.

Ia tetap mengejar Alisa yang berada di depannya hingga Ia dapat menjangkau lengan Alisa hingga langkah Alisa pun terhenti.

"Dengerin aku dulu," ucapnya setelah berhasil menjangkau Alisa. "Ayo, ikut aku," lanjutnya sambil menarik Alisa menuju mobil yang terparkir di parkiran Mall tersebut.

Alisa mendengus, sekeras apapun Ia menjauh dari cowok ini Ia akan tetap berhasil menjangkaunya.

Keduanya kini sudah berada di dalam mobil dengan keadaan yang cukup hening karena tidak ada yang membuka percakapan.

"Lis, aku khawatir sama kamu."

"Gak ada pacar yang ngikutin ceweknya diem-diem saat lagi hangout bareng temen-temennya, Dit." Ucap Alisa ketus mengabaikan perkataan Dito, kekasihnya.

Dito memiringkan tubuhnya hingga menghadap Alisa yang kini menatap luar jendela mobil.

"Aku khawatir sama kamu, Lis. Aku gak tenang kalo kamu gak sama aku."

Dito meraih kedua tangan Alisa lalu di kecupnya tangan itu berulang kali. Kemudian tangan kanannya menarik dagu Alisa untuk menghadap Dito. Ia menatap Alisa dengan tatapan penuh sesal karena membuat gadisnya marah padanya.

"Aku udah izin sama kamu ya, Dit. Tapi kamu kayaknya gak percayaan sama aku. Ini udah kesekian kalinya loh. Jujur aku udah sering liat kamu saat aku jalan sama temen aku terus aku ngerasa liat kamu di sekitar ku tapi aku pikir itu bukan kamu. Dan sampe beberapa kalinya aku mergokin kamu aku yakin kalo sebelum-sebelumnya itu juga kamu. Aku merasa gak bebas Dit kalo kamu kayak gituh terus, kemanapun selalu di awasi. Dengan kamu ngelakuin hal kayak gini bikin aku yakin kalo kamu gak percaya sama aku." Ucap Alisa panjang sambil membalas tatapan Dito. Air matanya siap meluncur jika Ia tidak kuat menahannya.

Dito menggelang menolak pernyataan gadisnya, "aku percaya sama kamu, Lis. Tapi aku gak percaya sama orang-orang disekitar kamu. Aku takut kamu terjadi sesuatu yang bikin aku sakit."

Alisa menatap Dito tidak percaya, Ia berpikir teman-temannya berpotensi untuk melukai dirinya. Alisa sangat mengenal teman-temannya itu dan Ia percaya teman-temannya tidak mungkin melukai dirinya.

"Kamu, aku gak tau apa lagi yang bisa diomongin lagi. Aku marah, kesel, dan...kecewa sama kamu." Ucap Alisa lalu segera keluar dari mobil Dito, tetapi Dito mengunci pintu mobilnya hingga Alisa tidak bisa keluar.

"Dito, buka pintunya." Pinta Alisa.

"Nggak, sebelumnya kamu gak pernah membesarkan masalah ini. Tapi kenapa sekarang kamu malah bikin ini rumit."

Alisa menghela napas, "kamu yang terlalu rumit, Dit. Aku gak tau jalan pikiran kamu kayak gimana."

"Kamu mau tau?" Tanya Dito dengan seringaian di bibirnya.

Badannya Ia condongkan hingga berdekatan dengan Alisa, lalu Ia berbisik di telinga gadisnya. "Aku gak rela kamu keluar tanpa aku apalagi pakaian yang kamu kenakan ini terlalu memperlihatkan tubuh kamu, Alisa. Aku gak suka milikku di lihat oleh orang lain. Maka dari itu sebisa mungkin aku mengawasi kamu dari orang-orang yang terang-terangan melihat kamu. Bahkan aku gak segan-segan untuk membunuh mereka jika mereka lancang." Ucap Dito sambil mengelus dengan lembut pipi Alisa yang dibanjiri oleh air mata.

"Kamu gila." Ucap Alisa lalu berusaha mendorong Dito namun Dito tidak bergerak seincipun, malah kini Dito memeluk erat Alisa yang berusaha memberontak.

"Lepas." Pinta Alisa.

"Gak akan. Kamu harusnya ngerti Lis kalo kamu itu cuma milikku. Setelah ini aku gak akan biarin kamu pergi kali bukan sama aku."

Sontak saja perkataan Dito membuat Alisa semakin brutal melepaskan dirinya dari kungkungan Dito. Namun apalah daya kekuatan dirinya tidak sebanding dengan Dito yang merupakan laki-laki.

"Jangan macam-macam sayang, aku gak mau nyakitin kamu." Ucap Dito lirih namun sarat akan penekanan.

"Paham Alisa?" Tanya Dito dengan setiap penekanan kata yang Ia ucap hingga membuat Alisa mengangguk patah-patah karena takut pada Dito.

"Kalo gituh kita pulang ya? Kamu pasti capek." Ucapnya dengan lembut namun Alisa paham makna setiap kata yang Dito ucapkan. Dito itu seperti iblis yang menyamar sebagai malaikat.

Alisa lagi-lagi hanya mengangguk patuh karena tidak ingin membuat Dito emosi.
Dito melepaskan pelukannya lalu mengecup lembut dahi Alisa kemudian Ia menjalankan mobilnya keluar dari parkiran Mall tersebut.

"Jangan harap setelah ini kamu lolos dari hukuman, Alisa." Ucap Dito dingin tanpa menatap Alisa di sampingnya.

"Ja-jangan, a-aku gak ma-mau." Alisa merapatkan dirinya pada pintu mobil untuk menjauh dari Dito namun sia-sia, jarak mereka di mobil cukup dekat.

Dito memberhentikan mobilnya di daerah yang cukup sepi untuk menuntaskan hukuman yang akan diterima oleh Alisa.
Alisa semakin terpojok saat melihat Dito mengeluarkan pisau kecil dari saku jaket yang Ia kenakan.

Dito menatap Alisa dengan matanya yang tajam sambil mengeluarkan seringaian di bibirnya.

"Di-dito." Alisa menggelengkan kepalanya berupaya menolak hal yang akan Dito lakukan pada dirinya.

"Kemari, sayang." Pinta Dito tajam.
Alisa menatap takut pada Dito. Ia cukup terkejut melihat aksi Dito yang akan melukainya. Ia pikir Dito tidak akan melukainya, namun sepertinya itu karena Ia membangkitkan sisi iblis dalam diri Dito.

Dito memainkan pisau itu. Ia mengarahkan pisau itu pada paha Alisa yang mulus itu. Alisa mengenakan rok yang terbilang pendek hingga memamerkan pahanya yang putih hingga hal itu lah yang membuat Dito kesal.

Alisa bergerak tak tentu. Tangannya berusaha menghalangi pisau itu untuk melukai dirinya. "Jangan hiks."

"Ssstt, diam kamu gak mau kan pisau ini salah mengenai tubuh mu."

Sepertinya perkataan Dito tidak di gubris oleh Alisa karena perempuan itu semakin menggerakkan tangannya tak tentu arah hingga membuat Dito berdecak kesal.

Dengan sebelah tangan Dito yang menggenggam kedua tangan Alisa agar diam, Dito mengarahkan pisaunya pada paha Alisa dan sedikit demi sedikit Ia membuat goresan asal hingga paha mulus itu mengeluarkan darah.

Alisa meringis menahan sakit pada luka yang ditorehkan oleh Dito di kedua pahanya. Ia menangis meratapi nasibnya yang terjebak oleh kehidupan Dito yang gila.

Setelah selesai dengan aksinya, Dito menatap Alisa yang terengah-engah karena lelah dan menahan sakit pada luka yang cukup dalam itu.

"Aku harap hal ini gak akan terjadi lagi, sayang." Ucap Dito lembut sambil mengusap rambut Alisa yang berantakan.

Alisa sendiri menatap Dito dengan pandangan yang lemah sebelum matanya tertutup karena energinya terasa terkuras habis.

"Tidurlah." Ucap Dito lalu mengecup lembut dahi Alisa.

-TAMAT-

#Cerpen #FiksiRemaja #Posesif

Komentar

  1. Bagus anjir knp gk d tulis di lapak wp lu aja ,,mayan nih buat bkn work yg one shoot

    BalasHapus
    Balasan
    1. Biar beda ajh sih, klo di wp khusus yg berlanjut gituh

      Hapus

Posting Komentar